Winda semakin tertarik untuk mengamati Sofi. Bagi Winda, yang sudah tiga tahun bekerja, belum pernah ada karyawan yang seperti Sofi. Suatu pagi, Sofi baru saja tiba di kantor ketika kebetulan berpapasan dengan Rusdi, Presiden Direktur, yang juga baru tiba. Dengan sopan Sofi tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Kebetulan Winda sedang berada di dekat mereka()(KLIK HERE.)
Pak Rusdi juga tersenyum dan menjawab selamat pagi. Sofi langsung
bertanya apakah kaki beliau yang terkilir minggu lalu sudah membaik.
Sambil tertawa pak Rusdi menjawab bahwa kakinya sudah sembuh, tapi masih
belum bisa untuk main bola.
Winda ikut tertawa mendengar jawaban beliau. Dalam hati kecilnya, dia
merasa malu sendiri. Dia sendiri sudah lupa bahwa pak Rusdi minggu lalu
terkilir kakinya. Tapi ternyata Sofi masih ingat. Malah, Sofi berani
bertanya mengenai kondisi kaki beliau. Winda merasa, seandainya dia
ingat pun, belum tentu dia berani menanyakan hal itu secara langsung.
Minggu lalu Sofi terpeleset ketika turun dari kendaraan umum.
Terkilir sih tidak, hanya lecet sedikit tergores aspal. Sesampainya di
kantor semua orang menanyakan kakinya yang tampak kecoklatan karena
diberi obat antiseptik. Mendengar cerita Sofi, semua orang menunjukkan
perasaan kesal kepada sopir kendaraan umum itu karena sudah langsung
jalan ketika Sofi sedang turun, akibatnya dia terpeleset.
Para satpam menunjukkan rasa prihatin terhadap kecelakaan yang
dialami Sofi. Bahkan, waktu kembali dari makan siang dan berpapasan
dengan Pak Rusdi, beliaupun menanyakan kaki Sofi.
Dari sini, Winda bisa melihat dan merasakan bahwa semua orang menjadi
akrab dan memberikan perhatian kepada Sofi, karena Sofi terlebih dahulu
memberikan perhatian yang tulus kepada orang lain. Sofi tidak mencari
muka. Pertanyaan Sofi mengenai anak satpam yang sakit sama tulusnya
dengan pertanyaannya mengenai kaki pak Rusdi yang terkilir. Sofi membuat
semua orang merasa penting.
Suatu hari Winda sengaja mendatangi Sofi untuk bercakap-cakap. Winda
menanyakan pada Sofi mengapa dia bisa mengingat semua nama karyawan
lainnya. Mengapa Sofi bisa mengingat keadaan keluarga mereka, siapa yang
istrinya sakit, siapa yang anaknya baru disunat, siapa yang sudah tidak
masuk kerja dua hari, dan sebagainya. Sofi sendiri bingung ketika
ditanya begitu.
Selama ini Sofi hanya bertindak spontan. Tanpa disadarinya dia
membuat semua orang merasa diri mereka penting. Sofi merasa tidak pernah
dengan sengaja mengingat nama semua orang, atau mengingat keadaan istri
dan anak-anak mereka.
Spontan
Dia mengaku bahwa semua pertanyaannya tentang istri dan anak mereka
itu muncul dengan sendirinya pada saat berhadapan dengan orang yang
bersangkutan. Seperti ketika berhadapan dengan Pak Rusdi, Sofi secara
spontan ingat tentang kaki beliau yang terkilir sehingga dengan spontan
juga dia menanyakan hal itu.
Winda melihat bahwa Sofi tidak bohong. Berhari-hari dia mengamati
Sofi. Pada saat masuk kantor, saat makan siang, saat bekerja dan saat
selesai kerja. Akhirnya Winda menemukan satu kesimpulan yang diyakininya
pasti benar.
Sofi mudah mengingat nama orang lain karena dia benar-benar
memperhatikan mereka secara tulus. Sofi selalu sibuk bekerja, tapi pada
saat berkenalan dengan seseorang, Sofi benar-benar mendengarkan siapa
nama mereka.
Ketika tanpa sengaja dia mendengar ada yang istrinya sakit, Sofi
benar-benar ikut merasa sedih mendengarnya. Sehingga ketika bertemu
dengan orang itu, Sofi secara spontan menanyakan istrinya. Bukan sekadar
basa-basi.
Winda sadar bahwa ternyata sikap Sofi didasari dari hati yang tulus.
Tapi Winda penasaran, masak sih dia tidak bisa bersikap seperti Sofi?
Tentu saja dengan caranya sendiri, karena dia ingin bersikap tulus,
bukan sekadar meniru Sofi.
Winda mulai membuat buku catatan. Dia mulai dengan mendaftar semua
nama karyawan di kantor. Di rumah, dia membaca ulang dan
menghapalkannya. Tak terasa, seminggu kemudian dia merasa lebih
memperhatikan orang lain.
Karena takut lupa, Winda seringkali menuliskan kejadian-kejadian
penting yang dialami orang lain. Tapi, ketika dia merasa telah mulai
tumbuh minat untuk lebih mengenal orang lain, maka tanpa sengaja,
ternyata memang lebih mudah mengingat hal-hal yang menimpa mereka. Sofi
benar. Winda hanya tinggal menumbuhkan minat untuk memperhatikan orang
lain, maka keramahan dan perhatian akan timbul dengan sendirinya. Make
friends and know your friends!(KLIK HERE)
No comments:
Post a Comment