
Setiap hari si belang lewat di depan toko saya, tanpa terasa saya jadi
terbiasa dengan kedatangannya, dan saya tetap memanggil dia si jelek,
tapi tampaknya dia tidak terlalu mempedulikannya.
Suatu hari Belang membawa seekor anak kucing berwarna belang seperti
dirinya, diletakkannya anak kucing tadi di depan toko kami dengan hati
hati, lalu diajaknya bermain. Saya dan adik saya dengan senang
melihatnya, tiba tiba si belang melenggang pergi dan meninggalkan
anaknya disitu. Kaget kami melihatnya, nah lho mau diapakan anak kucing
ini? Salah salah nanti bisa terinjak langganan yang lewat, akhirnya
seharian kami sibuk mengawasinya.
Menjelang siang si belang datang kembali, kali ini dia menatap kami dan
pandangan matanya seakan akan bertanya” kok anakku dicuekin, bukannya
kamu suka sama dia?” Astaga! Samar samar saya ingat masa masa ketika
belang perutnya tampak membuncit, dan tampaknya anaknya banyak karena
perutnya keliatan besar sekali. Walaupun bersusah payah menggendong
perut kesana kesini, tapi si belang tetap terlihat ceria selalu. Sampai
akhirnya dia melahirkan di dekat toko kami, ada petugas cleaning service
yang berbaik hati menyediakan kardus dengan potongan kain perca sebagai
alas baginya. Anaknya lucu lucu, 3 ekor belang seperti ibunya dan 1
ekor berwarna hitam.
Si belang sangat menyayangi anaknya, apabila ada orang mendekat, dengan
segera ditegakkan tubuhnya, berusaha untuk melindungi anak anaknya, saya
dan adik saya hanya melihat dari jauh saja, lalu berkata padanya,”
jangan takut, kami tidak akan melukaimu, anakmu lucu sekali, kalau sudah
besar boleh kami minta seekor?”
Si belang tampak ketakutan, lalu adik saya berkata lagi padanya,” jangan
takut kami tidak akan mengambilnya sekarang, tapi kalau kamu setuju,
baru akan kami pelihara nanti. Seekor saja, yang belang, yang jantan
ya.” Sekali ini si belang tampaknya mengerti, dan segera dia bergelung
menyusui anak anaknya.
Kembali ke si belang, setelah melihat ke kami, ia lalu melenggang pergi,
kali ini dia pergi tidak jauh, hanya ke rumah makan Padang dekat toko
kami. Dari rumah makan itu belang mendapat sepotong paha ayam, kemudian
disuruhnya anaknya untuk makan lebih dahulu, setelah anaknya kenyang si
belang menciumnya lalu kepalanya menyentuh kepala anaknya seakan
bertanya” sungguh kamu sudah kenyang, nak?” Anaknya yang sudah kenyang
lalu berlari lari dan berguling guling, si belang menatapnya dengan
bangga, lalu melanjutkan menghabiskan sisa ayam tadi.
Setelah Belang selesai makan, saya berjongkok di depannya dan berkata
padanya,” Belang, terima kasih karena kamu sudah mengabulkan permintaan
kami, tapi mohon maaf saat ini saya belum bisa memelihara kucing.”
Memang waktu itu karena kesibukan kami tidak mungkin untuk memelihara
hewan. Belang tampak kecewa sekali, dan saya sedih karena telah
mengecewakannya. Dengan gontai diajaknya anaknya pergi, kelak di
kemudian hari anaknya masih sering main ke toko kami dan kami
memanggilnya Gachan.
Kini Belang sudah diusir dari tempatnya, tapi kenangan akan dirinya dan
kasih sayangnya pada anaknya tetap terbayang di dalam ingatan kami, dan
sebelum dia dibuang dia sempat melahirkan sekali lagi. And guess what?
Belang meninggalkan seekor anaknya yang belang dan jantan di atap gedung
toko kami, keberadaanya terdengar oleh adik saya, yang kemudian
memutuskan untuk membawa dan memeliharanya di rumah. Belang tetap ada
di hati kami semua dan namanya diabadikan pada anaknya yang hari ini
sudah 2 tahun tinggal bersama kami.(KLIK HERE)
No comments:
Post a Comment