INOVASIBLOGG-.Jakarta
- Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Yosep Adi Prasetyo
mengatakan jumlah korban dari peristiwa penembakan misterius tahun 1982
sampai 1985 mencapai 10 ribu orang.
Data tersebut ia kutip
dari penelitian David Bourchier yang berjudul "Crime, Law, and State
Authority in Indonesia" pada 1990, yang diterjemahkan oleh Arief
Budiman. Sedangkan dari pengaduan yang diterima oleh Komnas HAM, jumlah
korban mencapai 2.000 orang lebih.
"Jumlah tersebut
termasuk orang yang ditemukan meninggal atau hilang. Tidak termasuk yang
bisa melarikan diri," kata Yosep, Selasa, 24 Juli 2012.
Menurut
penelitian David Bourchier, pelaku pembunuhan bertindak dalam konteks
melaksanakan perintah jabatan di bawah koordinasi Panglima Komando
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Republik Indonesia,
yang juga berada di bawah komando Presiden Republik Indonesia. Selain
pelaku yang memiliki kewenangan, ditemukan pula bukti adanya pelaku
individu yang bertindak secara aktif dan disebut sebagai "operator".
Bukti
tersebut diperkuat dengan bukti-bukti yang ada di lapangan, misalnya
pada tali tambang dan kayu yang digunakan untuk mencekik korban(KLIK HERE). Menurut
Yosep, alat untuk eksekusi tampak sudah dipersiapkan sebelumnya. Kayu
pegangan dipotong dengan halus, bahkan diserut. Sedangkan jenis ikatan
clove-hitch pada talinya menunjukkan bahwa pelaku adalah orang yang
terlatih dan mengerti tali-temali.
"Pola pencekikan dengan
tali muncul setelah Menteri Luar Negeri Belanda Van Den Broek menanyakan
mengapa banyak orang yang ditemukan meninggal dengan luka tembakan,"
ujar Yosep. Setelah dibombardir protes, teknik pembunuhan pun berubah
dari penembakan menjadi pencekikan dan berbagai cara penghilangan orang.
Peristiwa
Petrus juga ditandai dengan berbagai pola yang ditemukan pada tubuh
mayat. Misalnya Mister X, julukan untuk orang yang ditemukan tanpa
identitas, dalam keadaan tidak bernyawa dengan kedua tangan terikat di
belakang. Mayat ditemukan dengan tiga luka tembakan di kepala atau mati
karena tercekik.
"Selain itu, biasanya di atas tubuh mayat diletakkan uang Rp 10 ribu untuk biaya penguburan mayat," kata dia.
Selain
korban yang ditetapkan sebagai penjahat, korban petrus sering kali juga
berasal dari korban salah tangkap. Misalnya petani dan pegawai negeri
sipil karena bernama sama.
Kejadian petrus sempat
menggegerkan dunia karena tidak terjadi di satu lokasi saja, tapi hampir
di seluruh wilayah di Indonesia. Seperti Jakarta, Yogyakarta, Bantul,
Semarang, Medan, Palembang, Magelang, Solo, Cilacap, Malang, dan
Mojokerto.
"Tak tertutup kemungkinan juga ada di lokasi lain, seperti di Bandung, Makassar, Pontianak, Banyuwangi, dan Bali," ujar Yosep.
ELLIZA HAMZAH
No comments:
Post a Comment